Kerangka
Cerpen
Tema
: Rindu
Judul
: Keluarga Baruku
Tokoh
: 1. Aris : Baik, Rajin dan Tegar
2. Bilal :
Baik
3. Paman :
Baik dan Bijaksana
4. Bibi :
Baik dan penyayang
Alur
: Maju
Amanat : Berilah kasih sayang
yang besar untuk anak sendiri. Jangan jadikan anak sebagai korban dari perpisahan. Karena anak sangat
membutuhkan kasih sayang yang tulus dan kepedulian dari orang tuanya sendiri.
Latar : 1. Tempat = Di kamar,
Di ruang makan, Di Halaman, Di sekolah
2. Suasana = Senang dan Sedih
3. Waktu = Subuh, Pagi, dan Siang
hari
Gaya Bahasa : Mudah di pahami
Sudut Pandang
: 1. Sudut pandang orang ketiga serba tahu
“Keluarga Baruku”
Pagi itu cuaca begitu tak bersahabat.
Awan mendung yang menghiasi hari ini tak ada sedikit pun cahaya matahari muncul
di langit. Aris anak kecil yang hidup tidak lagi bersama kedua orang tuanya.
Kini ayah dan ibunya telah berpisah, tak ada satu pun yang ingin merawat Aris.
Entah itu ayahnya atau pun ibunya. kini ia hanya tinggal bersama pamannya.
Ayahnya telah menikah lagi dengan seorang wanita yang sudah memiliki 1 orang
anak. Dan ibunya pun juga sudah menikah lagi bersama lelaki yang hanya beda
beberapa tahun dengan ibunya. kini mereka tak pernah mengingat Aris lagi. Untuk
menjenguk Aris dirumah pamannya pun tidak pernah lagi. Entah apa yang ada
didalam fikiran mereka.
Kini semua kebutuhan Aris dibiayai oleh
paman dan bibinya. Pamannya memiliki 1 orang anak laki-laki yang seumuran juga
dengan Aris namanya Bilal . Tak pernah sedikit pun mereka bertengkar, bahkan
mereka saling menyayangi seperti adik dan kakak walaupun sebenarnya mereka
hanyalah sepupuan. Tak pernah ada kecemburuan diantara mereka. Tak ada yang
pernah dibeda-bedakan diantara mereka.
Pada suatu pagi ketika adzan subuh
berkumandang. Bibi membangunkan Aris dan Bilal. Karena juga mereka tidur
di kamar yang sama. Bibi sudah menganggap aris sebagai anaknya sendiri.
“Bilal, Aris bangun nak. Ayo kita solat suburh
bersama” saut bibi sambil menggoyang kan Bilal dan Aris.
“Iya bu” jawab Bilal dengan suara yang masih
mengantuk.
“Iya bi, aku akan segera ambil wudhu”. Jawab Aris
sambil menuju kemar mandi.
Kemudian setelah mereka selesai ambil
wudhu mereka pun solat bersama. Setelah solat subuh tak mungkin lagi Bilal dan
Aris melanjutkan tidur. Tetapi mereka membantu ayah Bilal untuk membersihkan
halaman rumah. Aris yang dirawat sejak kecil ini tak ingin menyusahkan paman
dan bibinya. Apa yang dapat ia bantu akan segera dilakukannya. Tak pernah ia
menolak sedikit pun yang disuruh paman dan bibinya. Bahkan Bilal pun sering
dibantunya. Pagi itu mereka mendatangi paman di halaman rumah.
“Yah sini aku bantuin”, saut Bilal sambil mengambil
selang air untuk menyiram bunga.
“Iya nak siramlah semua bunga yang ada ya. Ayah
ingin membersihkan yang lain,” jawab ayah Bilal.
“Aku juga mau bantu ya paman, dari pada kami tidur
lagi”, sambil mengambil sapu lidi di samping rumah.
“Iya ris, kamu tolong sapu halaman ini ya. Nanti
biar paman bakar sampah-sampahnya”, kata paman.
“ Baik paman” jawab Aris dengan semangat.
Setelah
mereka selesai melakukan semua pekerjaan, dan halaman rumah pun sudah bersih.
Mereka berdua bergegas untuk mandi dan berangkat sekolah. Setelah itu mereka
langsung sarapan karena telah ada makanan diatas meja. Mereka berangkat
ke sekolah selalu diantar. Ya bisa di katakan paman Aris orang berada yang serba
berkecukupan. Tetapi tak pernah lupa selalu bersyukur apa yang telah
dimilikinya.
“Bilal, Aris ayo nak sudah jam berapa ini. Nanti
kalian telat.” Teriak paman memanggil mereka.
“iya yah, iya paman.” Teriak Bilal dan Aris dengan
serentak.
Mereka pun bergegas berlari kedalam mobil. Dengan
cepat mereka langsung berangkat menuju ke sekolah. Dan paman langsung menuju ke kantor.
Sesampainya di sekolah mereka turun dari mobil dan berlari kedalam kelas.
Beberapa jam kemudian waktunya jam pulang sekolah. Bilal dan Aris pun menunggu
ayah jemput. Setelah dijemput , sesampainya dirumah mereka bergegas ganti baju.
Tak pernah terlewatkan makan siang bersama selalu di lakukan mereka.
Seketika selesai makan Aris langsung bergegas masuk
kedalam kamar. Entah apa yang tengah dipikirnya. Tiba-tiba terlintas kerinduan
terhadap ayah dan ibunya. Tak pernah ayah dan ibunya menelfon ataupun menemuinya.
“Dimana ayah dan ibuku?” tanyanya dalam hati. “Tak
adakah sedikit pun mereka merasakan rindu padaku? Mengapa aku hanya dibesarkan
paman dan bibiku? Sedangkan ayah dan ibu malah asik dengan kehidupan mereka
yang baru.”tanya Aris dalam hatinya sambil meneteskan air mata.
“Aku bukanlah laki-laki cengeng, tetapi kini aku
hanya ingin berada dipelukan ayah dan ibu. Mungkin hanya sekali bagiku cukup
mendapat kasih sayang seperti mereka-mereka disana”, jerit hati Aris.
“Ris, kamu kenapa nak?”, tanya bibi sambil membuka
pintu.
“Tidak kenapa-kenapa bi”,jawabnya sambil menghapus
air mata yang jatuh dipipinya.
“Ceritalah nak mungkin saja bibi bisa
membantumu,”jawab bibi.
Aris pun menceritakan semua yang dirasakannya. Bibi
mendengar semua keluhan dan curahan hati Aris.
“Biarkanlah mereka disana nak, kamu sudah bibi anggap sebagai anak bibi sendiri.
Jika kamu mau panggil saja bibi ini ibu. Jangan lagi kamu pikir mereka yang tak
memperdulikanmu itu. Semua ini pasti ada hikmahnya, semua balasan pasti aka
diberikan padanya.” Saut bibi sambil memeluk Aris.
“Terimakasih bi, paman dan bibi telah menyayangiku
dan merawatku sejak kecil. Entah bagaimana aku mampu membalas semua kebaikan
kalian. Kebaikan Bilal yang rela membagi kebahagiaannya untukku.” Jawab Aris
sambil memeluk bibi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar